gold

Translate

video

Jumat, 25 Januari 2013

perkembangan moral dan sikap remaja

Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul The Developmental of Model of Moral Think and Choice in the Years 10 to 16, seperti tertuang dalam buku Tahap-tahap Perkembangan Moral (1995), tahap-tahap perkembangan moral dapat dibagi sebagai berikut:



1. Tingkat Pra Konvensional



Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi hal ini semata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan). Tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua tahap:



Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan

Akibat-akibat fisik suatu perbuatan menentukan baik buruknya, tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata menghindarkan hukuman dan tunduk kepada kekuasaan tanpa mempersoalkannya. Jika ia berbuat “baik’, hal itu karena anak menilai tindakannya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri dan bukan karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang melandasi dan yang didukung oleh hukuman dan otoritas

Tahap 2 : Orientasi Relativis-instrumental

Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di pasar (jual-beli). Terdapat elemen kewajaran tindakan yang bersifat resiprositas (timbal-balik) dan pembagian sama rata, tetapi ditafsirkan secara fisik dan pragmatis. Resiprositas ini merupakan tercermin dalam bentuk: “jika engkau menggaruk punggungku, nanti juga aku akan menggaruk punggungmu”. Jadi perbuatan baik tidaklah didasarkan karena loyalitas, terima kasih atau pun keadilan.



2. Tingkat Konvensional



Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Anak memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Sikapnya bukan hanya konformitas terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga loyal (setia) terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung dan membenarkan seluruh tata-tertib atau norma-norma tersebut serta mengidentifikasikan diri dengan orang tua atau kelompok yang terlibat di dalamnya. Tingkatan ini memiliki dua tahap :



Tahap 3 : Orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi “anak manis”

Perilaku yang baik adalah yang menyenangkan dan membantu orang lain serta yang disetujui oleh mereka. Pada tahap ini terdapat banyak konformitas terhadap gambaran stereotip mengenai apa itu perilaku mayoritas atau “alamiah”. Perilaku sering dinilai menurut niatnya, ungkapan “dia bermaksud baik” untuk pertama kalinya menjadi penting. Orang mendapatkan persetujuan dengan menjadi “baik”.

Tahap 4 : Orientasi hukuman dan ketertiban

Terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap dan penjagaan tata tertib/norma-norma sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya sendiri.



3. Tingkat Pasca-Konvensional (Otonom / Berlandaskan Prinsip)



Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut. Ada dua tahap pada tingkat ini:



Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial Legalitas

Pada umumnya tahap ini amat bernada semangat utilitarian. Perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh masyarakat. Terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativitas nilai dan pendapat pribadi sesuai dengannya. Terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional dan demokratis, hak adalah soal “nilai” dan “pendapat” pribadi. Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandangan legal, tetapi dengan penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial (jadi bukan membekukan hukum itu sesuai dengan tata tertib gaya seperti yang terjadi pada tahap 4). Di luar bidang hukum yang disepakati, maka berlaku persetujuan bebas atau pun kontrak. Inilah “ moralitas resmi” dari pemerintah dan perundang-undangan yang berlaku di setiap negara.

Tahap 6 : Orientasi Prinsip Etika Universal

Hak ditentukan oleh keputusan suara batin, sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu pada komprehensivitas logis, universalitas, konsistensi logis. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis (kaidah emas imperatif kategoris) dan mereka tidak merupakan peraturan moral konkret seperti kesepuluh Perintah.

sumber : http://id.answers.yahoo.com
 

Selasa, 15 Januari 2013

niat

acap kali perbuatan buruk, diawali dengan niatan yang baik

banyak pencuri yang beralasan karena menghidupi keluarga, anak, dll
banyak anak jalanan yang mencopet karena untuk menyambung hidup..
tak sedikit wts yang jual diri karena alasan mencukupi kehidupan anak2nya
banyak anak yang berbohong pada bonyok-nya karena demi keselamatan dirinya (biar nggak dimarahi)
etc.... (cari sendiri, masih banyak alasan yang bisa dicari2 mulai dari professi koruptor sampai perompak)

  
 

Sq - Kecerdasan Spiritual

Aku tak tertarik apa mata pencaharianmu
Aku ingin tahu
apa yang kaudambakan
dan apakah kau berani memimpikan
bertemu dengan pujaan hatimu……???
Aku tak tertarik berapa usiamu
Aku ingin tahu
apakah kau mau mengambil resiko terlihat bodoh
demi cinta, demi cita-cita, demi petualangan hidup sepenuhnya...???
Aku tak tertarik planet apa yang menempati bulanmu
Aku ingin tahu
apakah kau telah menyentuh pusat dukamu sendiri,..??
apakah kau telah dibukakan oleh pengkhianatan hidup..??
atau telah layu dan tertutup karena takut disakiti lagi..??
Aku ingin tahu
apakah kau bisa duduk bersama rasa sakit: sakitku, atau sakitmu,
tanpa mencoba menyembunyikannya,
atau memudarkannya atau memperbaikinya...????
Aku ingin tahu
apakah kau bisa berada bersama sukacita;
sukaku, atau sukamu...???
apakah kau bisa menari dengan alam liar
dan membiarkan keriangan mengisimu hingga ujung jemari kaki dan tanganmu,
tanpa mengingatkan kita untuk berhati-hati,
bersikap realistis, atau mengingat keterbatasan manusia….???
Aku tak tertarik apakah cerita yang kaukisahkan itu benar..!!!
Aku ingin tahu
apakah kau bisa mengecewakan orang lain
agar jujur pada dirimu....???,..
apakah kau dapat menanggung tuduhan pengkhianatan
dan tidak mengkhianati jiwamu sendiri..???
Aku ingin tahu
apakah kau bisa setia
dan karenanya dapat dipercaya...??
Aku ingin tahu
apakah kau dapat melihat keindahan
meskipun tidak setiap hari itu elok,
dan apakah kau dapat menyumberkan hidupmu
dari kehadiran Tuhan...???
Aku ingin tahu
apakah kau bisa hidup dengan kegagalan;
gagalmu atau gagalku,
dan tetap berdiri pada sisi danau
dan berteriak pada bulan keperakan, “YA!”,,..???
Aku tak tertarik pada tempat tinggalmu
atau seberapa banyak uang yang kaumiliki
Aku ingin tahu
apakah kau bisa bangkit setelah semalam
berduka dan merana, lelah, babak belur
dan melakukan apa yang perlu dilakukan demi anak-anak..???
Aku tidak tertarik siapa dirimu,
atau apa atau dengan siapa kau belajar
Aku ingin tahu
apa yang menjagamu dari dalam, saat segala hal berjatuhan...???
Aku ingin tahu
apakah kau bisa sendirian bersama dirimu,
dan apakah kau benar2 menyukai temanmu di saat-saat hampa…???


UNDANGAN, Terilhami oleh pemimpin Gunung Oriah, Tetua Kaum Amerika Asli, Mei 1994. (Sq - Kecerdasan Spiritual, xxxv)


daftar muvis

pirate of caribian
x men
underword

tips dan trik ngeblog

cara ngeblog yang mantep
1. kualitas no 10
2. mau nulis
3. suka baca
4. suka uji coba
5. gak hawatir rusak